Selasa, 17 Mei 2016

Teori -Teori Belajar Kognitif (Tinjau'an Psikologi)

Pandangan tentang Belajar
Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Hilgard mengungkapkan belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau proses latihan baik latihan di laboratorium maupun dalam lingkungan ilmiah. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar merupakan proses mental yang terjadi pada diri manusia, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari.
Pikiran dalam diri manusia adalah alat yang sangat bermanfaat dalam pembuatan makna dari suatu objek atau stimulus. Proses pengamatan terhadap objek itu dapat berlangsung secara sadar, setengah sadar, maupun tidak sadar. Pengkajian tentang teori belajar kognitif memerlukan penggambaran tentang perhatian, memori, elaborasi, rehearsal, pelacakan kembali, dan pembuatan informasi yang bermakna. Teori belejar kognitif memandang belajar sebagai suatu proses  pemfungsian unsur-unsur koginisi terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan menghadapi stimulus yang datang dari luar.

Teori – teori Belajar Kognitif
1. Teori Gestalt
Teori Gestalt dikembangkan oleh Koffka, Kohler, dan Wertheimer. Menurut teori gestalt, belajar adalah proses pengembangan insight. Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antarbagian di dalam suatu situasi permasalahan. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang teori belajar ini, di bawah ini disajikan beberapa prinsip penerapannya                 ( Nasution,1982)
a.    Belajar itu berdasarkan keseluruhan
Makna dari prinsip ini adalah bahwa  pembelajaran itu bukanlah berangkat dari fakta – fakta, akan tetapi mesti berangkat dari suatu masalah. Melaui masalah itu siswa dapat mempelajari fakta.
b.      Anak yang belajar merupakan keseluruhan
Prinsip ini mengandung pengertian bahwa membelajarkan anak itu bukanlah hanya mengembangkan intelektualnya saja, akan tetapi mengembangkan anak dari seutuhnya. Apa artinya kemampuan intelektual manakala tidak diikuti sikap yang baik atau tidak diikuti oleh pengembangan seluruh potensi yang ada dalam diri anak. oleh karenanya mengajar bukanlah menumpuk memori anak dengan fakta – fakta yang lepas – lepas, tetapi mengembangkan keseluruhan potensi yang ada dalam diri anak.
c.       Belajar berkat insight
Telah dijelaskan bahwa insight adalah pemahaman terhadap hubungan antarbagian di dalam suatu situasi permasalahan. Dengan demikian, belajar itu akan terjadi manakala dihadapkan kepada situasi persoalan yang harus dipecahkan. Belajar bukanlah menghafal fakta. Melalui persoalan yang dihadapi itu anak akan mendapat insight yang sangat berguna untuk menghadapi setiap m,asalah.
d.      Belajar berdasarkan pengalaman
Pengalaman adalah kejadian yang dapat memberikan arti dan makna kehidupan setiap perilaku individu. Belajar adalah melakukan reorganisasi pengalaman – pengalaman masa lalu yang secara terus menerus disempurnakan. Dengan demikian, proses membelajarkan merupakan proses memberikan pengalaman – pengalaman yang bermakna untuk kehidupan anak.

2. Teori medan
Teori ini dikembangkan oleh Kurt Lewin. Sama seperti teori Gestalt, teori medan dianggap bahwa belajar adalah proses pemecahan masalah. Beberapa hal yang berkaitan proses pemecahan masalah menurut lewin dalam belajar adalah:
a.       Belajar adalah perubahan struktur kognitif. Setiap orang akan dapat memecahkan masalah jika ia bisa mengubah struktur kognitif. 
Orang akan melihat sembilan buah titik sebagai sebagai sebuah bujur sangkar akan sulit untuk memecahkan persoalan tersebut. Oleh karena itulah agar sembilan buah titik dapat dilewati dengan empat buah tarikan garis, kita mengubah struktur kognitif kita, bahwa kesembilan buah titik itu bukan sebuah bujur sangkar.
b.      Pentingnya motivasi. Motivasi adalah faktor yang dapat mendorong setiap individu untuk berperilaku. Motivasi muncul karena adanya daya tarik tertentu. misalnya, nilai merupakan sesuatu yang dapat menjadi daya tarik seseorang. Akan tetapi, untuk mendapatkan nilai yang baik itu misalnya belajar dengan giat, melaksanakan setiap tugas, merupakan hal yang tidak menarik. Oleh sebab itu, sering untuk mengejar daya tarik itu seseorang melakukan hal – hal yang tidak seharusnya dilakukan, misalnya mencontek, menjiplak tugas dan lain – lain. disamping itu, motivasi juga bisa muncul karena pengalaman yang menyenangkan, misalnya pengalaman kesuksesan. Seseorang yang mengalami kesuksesan akan termotivasi lagi untuk melakukan tindakan yang lebih baik lagi, akan merasa gembira dan merasa puas.
3. Teori Konstruktivistik
Teori konstruktivistik dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20. Piaget berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang dikonstruksikan oleh anak sebagai subjek, maka akan menjadi pengetahuan yang bermakna; sedangkan pengetahuamn yang diperoleh melalui proses pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan tersebut hanya untuk diingat sementara setelah itu dilupakan.
Mengkonstruksikan pengetahuan  menurut piaget dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema yang telah ada. Skema adalah struktur kognitif yang terbentuk melalui proses pengalaman. Asimilasi adalah proses penyempurnaan skema yang telah terbentuk, dan akomodasi adalah proses perubahan skema.
 Tugas utama seorang pendidik adalah, memperlancar peserta didik dengan cara membuat informasi yang diterima lebih bermakna dan relevan bagi peserta didik, memberi kesempatan bagi peserta didik untuk menemukan dan menerapkan gagasannya sendiri, menanamkan kesadaran belajar dan menggunakan strategi belajarnya sendiri. Selain itu, pendidik juga harus mendorong peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang materi yang telah dipelajari. Intisari dari teori konstruktivisme adalah bahwa peserta didik harus menemukan dan mentransformasikan informasi kompleks ke dalam dirinya sendiri.menurut pandangan teori rekonstrivistik, belajar berarti mengkonstruksi makna atas informasi dan masukan-masukan yang masuk dalam otak.
Teori konstruktivisme menetapkan empat asumsi tentang belajar, sebagai berikut:
a.       Pengetahuan secara fisik dikonstruksikan oleh peserta didik yang terlibat dalam belajar aktif
b.      Pengetahuan secara simbolik dikonstruksikan oleh peserta didik yang membuat representasi ats kegiatannya sendiri
c.       Pengetahuan secara sosial dikonstruksikan oleh peserta didik yang menyampaikan maknanya kepada orang lain
d.      Pengetahuan secara teoritik dikonstruksikan oleh peserta didik yang mencoba menjelaskan objek yang tidak benar-benar dipahaminya

Berdasarkan uraian di atas, intisari dari teori belajar konstruktivisme adalah bahwa belajar merupakan proses penemuan dan transformasi informasi kompleks yang berlangsung pada diri seseorang.
Adapun perbadaan mengenahi aliran teori belajar behavioristik dan aliran kognitif adalah sebagai berikut :

Tabel Perbedaan Aliran Behavioristik dan Kognitif

Teori belajar behavioristik
Teori belajar kognitif
Mementingkan pengaruh lingkungan
Mementingkan apa yang ada dalam diri
Mementingkan bagian-bagian
Mementingkan keseluruhan
Mengutamakan peranan reaksi
Mengutamakan fungsi kognitif
Hasil belajar terbentuk secara mekanis
Terjadi keseimbangan dalam diri
Dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu
Tergantung pada kondisi saat ini
Mementingkan pembentukan kebiasaan
Mementingkan terbentuknya struktur kognitif
Memecahkan masalah dilakukan dengan cara trial and error
Memecahkan masalah didasarkan pada insight

Teori Belajar Pengolahan Informasi
Berbagai informasi yang memasuki pikiran setiap orang adalah melalui alat-alat penginderaan. Berbagai penelitian telah dilakukan terhadap memori manusia untuk membantu para pakar teori belajar dalam menggambarkan proses mengingat maupun melupakan informasi.
Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Menurut Gagne tahapan  proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu,
(1) motivasi;
(2) pemahaman;
(3) pemerolehan;
(4) penyimpanan;
(5) ingatan kembali;
(6) generalisasi;
(7) perlakuan dan
(8) umpan balik.
Para peneliti sudah melakukan berbagai cara untuk membantu para pakar teori belajar dalam menggambarkan proses mengingat ataupun melupakan informasi . proses visualisasi itu dapat digambarkan sebagai berikut:




Gambar Model pengolahan Informasi (Gage dan Berliner, 1984)
Gambar model tersebut menunjukkan titik awal dan akhir dari peristiwa pengolahan informasi. garis putus – putus mencerminkan batas antara peristiwa kognitif internal dan dunia eksternal. dalam model tersebut tampak bahwa stimulus fisik disimpan secara cepat  di sistem penginderaan jangka pendek,apabila sistem itu diperhatikan maka akan berelanjut ke memori kerja dan jika itu diulang – ulang atau disandikan maka akan berlanjut ke memori jangka panjang.
Sistem Memori
Sistem Memori tersusun atas:
(a) register penginderaan;
(b) memori jangka pendek; dan
(c) memori jangka panjang

a). Register Penginderaan
Pemrosesan informasi yang terjadi dalam otak manusia adalah melalui beberapa komponen. Komponen yang pertama dari sistem memori yang dilalui informasi adalah register penginderaan. Register penginderaan ini berfungsi untuk menampung sejumlah informasi dari indera seperti penglihatan, pendengaran, peraba, pembau dan pengecap. Informasi yang ditampung mempunyai kapasitas yang besar dan disimpan dalam waktu yang sangat singkat, tidak lebih dari dua detik. Dalam waktu singkat tersebut jika tidak mendapatkan suatu proses terhadap informasi yang ditampung maka informasi tersebut biasanya akan hilang.
Keberadaan register penginderaan mempunyai dua implikasi yang penting dalam pendidikan. Pertama, orang harus menaruh perhatian pada suatu informasi bila informasi itu harus diingat. Kedua, seseorang memerlukan waktu untuk membawa semua informasi yang dilihat dalam waktu singkat masuk ke dalam kesadaran (Nur dkk,1998:3). Misalnya apabila siswa dijejali dengan terlalu banyak informasi pada suatu waktu dan tidak diberi tahu aspek informasi mana yang harus diperhatikan, maka mereka akan mengalami kesulitan dalam mempelajari semua informasi tersebut.
Kapasitas penampungan di dalam penampung kesan – kesan pengindraan  tidak terbatas. Penampungan telah banyak dilakukan untuk mendeteksi kemampuan pusat penampungan kesan-kesan penginderaan dalam menerima dan menahan informasi yang berasal dari luar (Slavin, 1994). Gege dan Berliner (1984) menyatakan bahwa stimulus yang dapat meningkatkan respon dapat dikelompokkan ke dalam 4 kategori, yaitu stimulus psikofisik, emosional, kesenjangan, dan manding. Dalam stimulus psikofisik, variasi intensitas, ukuran, suara, dan warna suatu stimulus dapat memunculkan suatu respon tertenhtu. Dalam stimulus emosional, banyak stimulus yang mampu membangkitkan emosi seseorang. Dalam stimulus kesenjangan, stimulus yang mampu membangkitkan perhatian sebagian tergantung pada efek kebaharuan, kompleksitas, dan keunikannya. Sedangkan dalam manding stimuli, mand merupakan pernyataan verbal yang yang memiliki konsekuensi tinggi. Jadi, keberadaan sisem penampungan pengindraan jangka pendek  memiliki implikasi penting di dalam proses pembelajaran, yaitu peserta didik harus memperhatikan informasi yang akan diingat, dan proses membawa informasi ke dalam alam sadar memerlukan waktu.

b) Memori Jangka Pendek
Informasi yang dipersepsi seseorang dan mendapatkan perhatian ditransfer ke komponen kedua dari sistem memori yaitu memori jangka pendek. Menurut Slavin (dalam Nur dkk,1998:8) dijelaskan bahwa “memori jangka pendek adalah sistem penyimpanan yang dapat menyimpan informasi dalam jumlah yang terbatas hanya dalam beberapa detik”. Biasanya memori ini menyimpan informasi yang terkini yang sedang dipikirkan.
Satu cara untuk menyimpan informasi ke dalam memori jangka pendek adalah memikirkan tentang informasi itu atau mengucapkannya berkali-kali. Proses mempertahankan suatu informasi dalam memori jangka pendek dengan cara mengulang-ulang disebut menghafal (rehearsal). Menghafal sangat penting dalam belajar, karena semakin lama suatu butir tinggal di dalam memori jangka pendek, semakin besar kesempatan butir itu akan ditransfer ke memori jangka panjang. Tanpa pengulangan kemungkinan butir itu tidak akan tinggal di memori jangka pendek lebih dari sekitar 30 detik maka informasi itu dapat hilang akibat desakan informasi lainnya, karena memori jangka pendek mempunyai kapasitas yang terbatas yaitu 5 sampai 9 bits informasi (Miller,1956 dalam Nur dkk,1998:9) yaitu hanya bisa berpikir antara 5 sampai 9 hal yang berbeda dalam satu waktu tertentu. karena itu, dalam proses pembelajaran di kelas, pendidik harus memberi waktu kepada peserta didik agar memiliki kesempatan untuk melakukan pengulangan. Keterbatasan kapasitas yang dimiliki memori jangka pendek juga memiliki implikasi penting dalam pembelajaran, agar pendidik tidak memberikan terlalu banyak gagasan dalam sekali pembelajaran.

c) Memori Jangka Panjang
Memori jangka panjang merupakan bagian dari sistem memori tempat menyimpan informasi untuk periode waktu yang panjang. Memori jangka panjang memiliki kapasitas yang sangat besar tempat menyimpan memori dengan jangka yang sangat panjang. Banyak ahli yakin bahwa informasi yang terdapat dalam memori jangka panjang tidak pernah dilupakan, kemungkinan hanya sekedar kehilangan kemampuan untuk menemukan kembali informasi yang tersimpan di dalam memori kita.
Tulvin,1972,1985 (dalam Nur dkk,1998:13) menyatakan bahwa para ahli membagi memori jangka panjang menjadi tiga bagian yaitu: memori episodik, memori semantik dan memori prosedural. Memori episodik adalah memori tentang pengalaman pribadi, suatu gambaran mental tentang sesuatu yang dilihat atau didengar. Memori semantik adalah memori jangka panjang yang berisi fakta-fakta dan generalisasi informasi yang diketahui misalnya konsep, prinsip atau aturan dan bagaimana menggunakannya dan keterampilan pemecahan masalah dan strategi belajar. Memori prosedural mengacu pada “mengetahui bagaimana” (“knowing how”) sebagai lawan dari “mengetahui apa” (“knowing that”) (Syswester,1985 dalam Nur dkk,1998:13).
Memori episodik, semantik dan prosedural berbeda dalam hal cara kerjanya dalam menyimpan dan mengorganisasikan informasi. Informasi dalam memori episodik disimpan dalam bentuk gambaran (bayangan) yang diorganisasikan berdasarkan pada kapan dan di mana peristiwa-peristiwa terjadi. Informasi dalam memori semantik diorganisasi dalam bentuk jaringan hubungan ide. Sedangkan informasi dalam memori prosedural disimpan sebagai pasangan-pasangan stimulus-response yang kompleks (Oakley,1981 dalam Nur dkk,1998:14)


Strategi Belajar
Thomas dan Rohwer (Slavin, 1994) menyajikan beberapa prinsip belajar yang efektif sebagai berikut:
a.   Spesifikasi. Strategi belajar itu hendaknya sesuai dengan tujuan belajar dan karakteristik peserta didik yang menggunakannya.
b.   Pembuatan. Strategi belajar yang efektif yaitu yang memungkinkan seseorang mengerjakan kembali materi yang telah dipelajari dan membuat sesuatu yang baru.
c.   Pemantauan yang efektif. Pemantauan yang efektif yaitu peserta didik mengetahui kapan dan bagaimana cara menerapkan strategi belajarnya dan bagaimana cara menyatakannya bahwa strategi yang digunakan itu bermanfaat.
d.  Kemujaraban personal. Peserta didik harus memiliki kejelasan bahwa belajar akan berhasil apabila dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Berdasarkan pada prinsip-prinsip pengguanaan strategi belajar tersebut, Slavin (1994) menyarankan 3 strategi belajar yang dapat digunakan untuk belajar yang efektif, yaitu membuat catatan, belajar kelompok, dan dengan metode PQ4R. Membuat catatan, dalam pembelajaran di kelas, pendidik dapat memberikan kerangka catatan sebelum memberikan pelajaran, dan menyusun gagasan-gagasan utama yang harus disusun oleh peserta didik. Belajar kelompok, memungkinkan peserta didik membahas materi yang telah dibaca atau didengar di kelas. PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect on the material, Recite, Review), prosedur yang dapat dilakukan adalah menyurvei, membuat pertanyaan, membaca materi, memahami dan membuat kebermaknaan informasi yang disajikan, prktik mengingat informasi, dan review secara aktif atas materi yang telah dipelajari.

Lupa dan Ingat
Kebanyakan peristiwa lupa terjadi karena informasi dalam memori jangka pendek tidak pernah ditransfer ke dalam memori jangka panjang. Salah satu alasan orang ketika mengalami lupa adalah karena faktor interferensi. Interferensi terjadi dalam dua bentuk, yaitu interferensi retroaktif dan proaktif. Ada beberapa cara untuk mengurangi interferensi retroaktif, antara lain untuk tidak mengajarkan konsep yang berkarakteristik sama dalam waktu berdekatan, dan menggunakan metode pembelajaran berbeda untuk mengajarkan konsep yang sama. Disamping itu, ada dua bentuk pelancaran untuk membangkitkan ingatan, yaitu pelancaran proaktif dan pelancaran retroaktif.


1 komentar:

  1. Casino UK Review 2021 – Claim Up to £150 Welcome Bonus
    Find out why sss 포커 this casino is the 재제 best online 해외 라이브 스코어 casino to play and win real money. Read our review and learn why you should 프리 벳 join us 토토 사이트 목록 today!

    BalasHapus

Designed By Seo Blogger Templates Published.. Blogger Templates